Pelayanan Perempuan Kingmi Deiyai Serukan Damai dan Keadilan atas Konflik Kapiraya
DEIYAI, TirtaNews — Pelayanan Perempuan (Kingmi) Sinode di Tanah Papua, Koordinator Deiyai, menyampaikan pernyataan sikap tegas terkait rangkaian tragedi serta konflik yang kembali memanas di Distrik Kapiraya, Kabupaten Deiyai.
Dalam seruan yang disampaikan di hadapan publik pada 3 Desember 2025, Pelayanan Perempuan Kingmi menuntut penegakan keadilan bagi Gembala Neles Peuki dan mendesak penyelesaian tuntas atas sengketa tanah adat di wilayah Kapiraya, yang secara administratif berada di Kabupaten Mimika. Mereka menegaskan bahwa perjuangan ini bukan semata-mata respons terhadap insiden terbaru, tetapi juga bentuk komitmen untuk mempertahankan hak hidup serta hak ulayat masyarakat adat Papua.
Pelayanan Perempuan Koordinator Deiyai turut menyinggung sejarah penyebaran Injil di wilayah Mee-Pago dan pegunungan sekitarnya. Menurut mereka, penyebaran Injil yang dimulai dari wilayah Kali Utaa, Timika, menyusuri Yaba (Deiyai) hingga Kali Yawei, telah menjadi fondasi hidup umat Kristen dan Katolik di Tanah Papua. Namun, mereka menilai bahwa wilayah-wilayah tersebut hingga kini masih dibayangi berbagai persoalan sosial, politik, dan kemanusiaan.
Dengan landasan nilai-nilai iman yang mereka yakini, Pelayanan Perempuan Kingmi menyampaikan sikap resmi yang menegaskan panggilan untuk berdamai, berkeadilan, dan menghormati martabat manusia. Mereka—yang terdiri dari para ibu dan pemudi pelayanan—menyatakan mengutuk keras tindakan pembunuhan yang dinilai sebagai kekerasan sadis, serta menuntut klarifikasi dan penyelesaian kasus secara transparan dan adil oleh pihak berwenang.
Seruan ini diharapkan menjadi tekanan moral bagi pemerintah, gereja, dan seluruh komponen masyarakat untuk ikut mengambil peran dalam meredakan konflik di Kapiraya serta memastikan penghormatan atas hak-hak masyarakat adat Papua. (Jeri/Red)
