Pengamat Minta Waga Bersabar Soal Pembangunan Proyek PSEL Tangsel

0
Pengamat Minta Waga Bersabar Soal Pembangunan Proyek PSEL Tangsel
Views: 4

TANGSEL, TirtaNews – Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) tengah mengembangkan proyek jangka panjang pengolahan sampah dengan membangun Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang Tangsel, Banten.

Proyek PSEL ini merupakan bagian dari komitmen Pemkot Tangsel dalam mewujudkan smart city, khususnya sebagai solusi pengelolaan sampah modern yang ramah lingkungan sekaligus menghasilkan energi listrik bagi masyarakat.

Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Yayat Supriatna menilai bahwa proyek tersebut sangat menarik.

“Pembangunan smart city dan PSEL ini memang menarik. Salah satu konsep smart city adalah membangun smart community, smart transportasi, smart building, dan ekosistem smart kota. Salah satu yang terpenting dalam konsep smart city itu adalah konteks peran dari teknologi, informasi, IT, dan sebagainya,” kata Yayat di Jakarta, Rabu (8/10/2025).

Masyarakat pun harus tahu bahwa PSEL ini untuk menjawab kondisi TPA Tangerang Selatan yang sudah overload atau melebihi kapasitas. Sehingga, jika PSEL dapat dikembangkan maka Pemkot Tangsel memiliki kemampuan yang cukup untuk membangun sistem pengolahan energi dari sampah menjadi listrik.

Menurutnya, pengolahan sampah dengan merubah menjadi energi listrik bukan hanya dilakukan di Tangerang Selatan, bahkan DKI Jakarta juga pernah mencoba. Lebih lanjut Yayat berharap tenaga listrik yang dihasilkan dapat dirasakan manfaatnya bagi UMKM dan kawasan industri kecil di wilayah tersebut.

“Harapannya output listrik dari PSEL-nya itu terintegrasi dengan pengembangan UMKM misalnya disalurkan kepada satu kawasan industri UMKM atau disalurkan ke rumah tangga produktif,” tambahnya.

Karena menurutnya, penyaluran tenaga listrik yang dihasilkan juga penting untuk direncanakan. Terlebih, proyek tersebut tak sekedar sampah diolah menjadi listrik, namun bagaimana pengolahannya itu tak lagi membebani biaya APBD.

“Apabila dikembangkan dan kalau ditawarkan ke swasta pasti menarik untuk berinvestasi ke sana, jadi konsepnya sudah harus disusun sejak sekarang,” kata dia.

Yayat mengingatkan bahwa jika ingin mengolah sampah menjadi listrik juga ada penghitungan berapa volume sampah yang bisa diolah dan dioptimalkan sebagai pemasok kebutuhan energinya, sehingga sampahnya bisa menghasilkan listrik.

“Kalau misalnya nanti ke PLN, PLN juga akan menghitung apakah tarif yang ditawarkan oleh Pemkot Tangsel ini tarifnya menjadi tarif yang ekonomis atau tidak,” ujarnya.

Sementara pengamat kebijakan publik Yanuar Wijanarko menilai proyek Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Kota Tangerang Selatan, merupakan langkah strategis yang akan memberikan manfaat besar bagi lingkungan dan generasi mendatang.

“Pembangunan PSEL tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Prosesnya kompleks karena melibatkan teknologi tinggi, pengelolaan emisi, serta kesiapan sistem distribusi energi. Namun, hasil akhirnya akan sangat bernilai bagi masyarakat,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa PSEL bukan hanya proyek lingkungan, tetapi investasi jangka panjang untuk masa depan anak cucu masyarakat Tangsel. “Kalau ini berhasil, kita akan memiliki sistem pengelolaan sampah yang modern, menghasilkan energi bersih, dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil,” jelasnya.

Menurutnya, manfaat PSEL sangat luas. Yakni mulai dari mengurangi volume sampah di TPA, menekan pencemaran udara dan air, meningkatkan efisiensi energi lokal, hingga mendorong kota menjadi lebih hijau dan berkelanjutan.

“Jadi masyarakat harus sabar dan mendukung. Proyek sebesar ini memang butuh waktu, tapi manfaatnya akan kita rasakan bersama, bahkan sampai ke generasi berikutnya. Ini adalah investasi lingkungan dan peradaban,” tegasnya. (Yogi/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *