BUMN Patungan, Tapi Urusan Baju Masih Nunggak?

CILEGON, TirtaNews – Ada yang aneh di Pelabuhan Merak. Para petugas terlihat sibuk mengatur kendaraan, mengamankan area, hingga mengarahkan penumpang. Tapi tunggu dulu—apa benar mereka petugas? Atau hanya pengunjung yang terlalu antusias?
Begitulah dilema yang dihadapi puluhan karyawan PT Indonesia Ferry Property (IFPRO). Sejak resmi bekerja pada Mei 2025, mereka belum menerima seragam kerja. Lima bulan berlalu, dan satu-satunya ‘atribut resmi’ yang mereka kenakan adalah… seragam lama milik perusahaan sebelumnya, PKSS.
“Kalau seragam ini bisa bicara, mungkin dia juga minta pensiun,” celetuk salah satu petugas sambil merapikan seragam lamanya yang sudah pudar.
BUMN Bersatu, Tapi Seragam Tak Muncul
IFPRO bukan perusahaan sembarangan. Ia adalah anak dari dua raksasa BUMN: PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Tapi entah kenapa, urusan baju kerja saja bisa molor berbulan-bulan. Petugas yang sehari-hari berjibaku di lapangan—ticketing, security, tambat-kepil, pengarah kendaraan, operator—semua belum mendapatkan ‘baju perang’-nya.
“Setiap ditanya, jawabannya standar: ‘masih proses’. Tapi kami butuh kepastian, bukan kalimat auto-reply,” ujar Sarkawi, petugas keamanan yang kini lebih sering disangka wisatawan daripada pengawal area pelabuhan.
Ironis, petugas lapangan yang menjadi wajah pertama pelayanan justru tampil seperti pengunjung tak sengaja nyasar ke area kerja.
Seragam Lama, Identitas Samar
Tanpa identitas visual yang jelas, kepercayaan publik pun ikut tergerus. Penumpang kebingungan membedakan mana petugas, mana pengantar, mana influencer TikTok yang lagi ngonten.
“Ini pelabuhan, bukan taman hiburan. Seragam bukan cuma kain, tapi simbol kejelasan peran. Sekarang? Serba abu-abu,” ungkap seorang operator yang minta namanya disamarkan, mungkin karena malu dengan seragam ‘vintage’ yang masih ia kenakan.
Manajemen: Sunyi Tanpa Janji
Sementara para petugas terus bekerja di bawah terik dan tekanan, manajemen IFPRO justru seperti kapal tanpa radar: tak tampak, tak terdengar. Permintaan wawancara tak dibalas, pesan singkat tak dibaca, dan tanggung jawab… entah dikirim lewat pos udara?
Salah satu karyawan berinisial R menyebut seragam sedang diproses ulang karena ada masalah bahan.
“Katanya sih mau dibagikan sebentar lagi. Bahan lama nggak layak, jadi dibikin ulang. Tapi kita juga enggak tahu kapan ‘sebentar lagi’ itu: minggu ini, bulan depan, atau setelah pemilu?”
PKSS: Tahu Nggak, Seragammu Masih Dipakai?
Yang jadi pertanyaan lanjutan: apakah PT PKSS tahu bahwa seragam mereka masih wara-wiri di Pelabuhan Merak, padahal kontrak kerja sudah lama berakhir? Jangan-jangan seragamnya masih dianggap “pinjaman jangka panjang”?
Petugas cleaning service yang masih mengenakan logo PKSS pun menjadi pemandangan kontras di tengah klaim profesionalisme perusahaan baru.
BUMN Butuh Gaya, Tapi Jangan Lupa Isinya
IFPRO mengelola kawasan pelabuhan, tempat strategis, pintu antar-pulau. Tapi jika urusan mendasar seperti seragam saja tersendat, bagaimana dengan urusan yang lebih besar?
“Kami cuma minta profesional. Jangan cuma bangun kawasan megah, tapi pekerjanya disuruh kerja pakai seragam nostalgia,” kata salah satu petugas, sambil tersenyum pahit.
(Az/Red)