Beny Degei, Figur Muda dari Ekadide yang Menyalakan Asa Kesehatan Paniai

Oplus_131072
PANIAI, TirtaNews — Di tepian Danau Utoupia yang tenang, di antara pegunungan hijau Topiyai, tumbuh seorang anak kampung yang kelak menjadi salah satu motor perubahan kesehatan di Papua Tengah. Namanya Beny Degei, S.KM., M.KM., kini Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Paniai. Dalam dirinya, kesehatan bukan sekadar urusan medis, tetapi perpaduan antara ketenangan hati, kesederhanaan hidup, dan keteguhan komitmen.
“Kesehatan itu bukan hanya soal tubuh, tapi juga hati dan pikiran. Hidup sederhana, makan teratur, dan tidur cukup itu sudah bagian dari menjaga hidup yang sehat,” ujar Beny saat ditemui di kediamannya di Enarotali, Senin, 6 Oktober 2025.
Lahir pada 12 Maret 1988 di Geitapa Ekadide, Distrik Topiyai, Beny tumbuh dalam lingkungan sederhana di kampung kecil Momageida Ekadide Topiyai. Jalan panjang menuju pendidikan ia tempuh sejak duduk di SD Inpres Baguwo (1996–2001), lalu melanjutkan ke SMP Negeri 1 Aradide Komopa (2001–2004) dan SMA Negeri 1 Paniai Timur (2004–2007).
Tekadnya membawa ia menembus Universitas Cenderawasih (UNCEN) Jayapura. Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat ia raih pada 2011, disusul Magister Kesehatan pada 2023, juga di kampus yang sama.
“Saya belajar karena saya tahu, hanya dengan ilmu kita bisa menolong lebih banyak orang. Saya ingin masyarakat Paniai punya akses kesehatan yang layak,” katanya.
Beny bukan sekadar murid tekun. Sejak SD, ia telah dipercaya menjadi Ketua Kelas dan Ketua OSIS. Semangat organisasi berlanjut hingga SMP dan SMA.
Di bangku kuliah, perannya semakin menonjol. Ia menjadi Ketua Bidang Organisasi BEM FKM UNCEN (2009–2010) serta aktif di berbagai organisasi mahasiswa seperti IKAPPMA, IPMEE, dan komunitas pemuda gereja. Dari organisasi, ia belajar manajemen, komunikasi publik, dan tanggung jawab sosial—bekal penting untuk karier birokrasi yang kelak dijalaninya.
Kariernya di pemerintahan dimulai ketika ia diangkat sebagai CPNS RSUD Paniai pada 2013. Pada tahun yang sama, ia dipercaya menjadi Kepala Puskesmas Obaipugaida pertama (2013–2015). Di wilayah pedalaman tempat ia lahir, Beny terjun langsung memberikan edukasi dan layanan kesehatan.
Pengabdiannya berlanjut sebagai Kepala Distrik Topiyai (2016–2018), lalu sebagai staf Dinas Kesehatan Paniai (2019–2020). Ia sempat ditugaskan ke Dinas Pendapatan Daerah sebagai Kepala Seksi Penagihan dan Keberatan (2022–2023).
Di tingkat provinsi, Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Kesehatan mempercayainya sebagai ketua pengelola SMAKES Dok II Jayapura kelas Nabire (2021–2024). Ia juga menjadi perintis di Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah sebagai Plh. Kepala Seksi Promosi Kesehatan (2022–2023).
Namun panggilan hati membawanya kembali ke Paniai. Pada 2023, ia menjabat Kepala Seksi Penyakit Menular. Setahun kemudian, ia naik menjadi Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (2024–sekarang).
Selain di pemerintahan, Beny aktif di berbagai lembaga: Sekretaris KPA Kabupaten Paniai (2019–2025), Ketua Divisi Program dan Monev KPA Papua Tengah (2022–2025), serta anggota PMI Kabupaten Paniai.
Reputasi Beny dibangun dari konsistensinya hadir di tengah masyarakat. Ia kerap menempuh perjalanan ke distrik-distrik terpencil, mengunjungi puskesmas yang sulit dijangkau, menggelar sosialisasi pencegahan penyakit menular, hingga merumuskan program kolaboratif antarinstansi.
“Jabatan bukan untuk dihormati, tapi untuk melayani. Jika saya bisa mendengar langsung keluhan masyarakat, itu bentuk pelayanan yang sebenarnya,” tuturnya.
Beny percaya bahwa perubahan kesehatan tidak bisa dilepaskan dari edukasi dan pendekatan budaya. Menurutnya, masyarakat Papua Tengah memiliki kearifan lokal yang harus digandeng dalam setiap program kesehatan agar lebih efektif.
“Saya ingin setiap rumah sadar bahwa kesehatan adalah investasi. Anak-anak, ibu hamil, lansia—semua harus dijaga,” ujarnya penuh semangat.
Pada usia 37 tahun, Beny menjadi salah satu figur muda yang menginspirasi di Papua Tengah. Kesederhanaan, komitmen, dan dedikasi membuatnya dihormati sekaligus dekat dengan masyarakat.
“Saya berasal dari rakyat kecil di Ekadide. Saya berjuang untuk rakyat dan akan terus bersama rakyat. Pendidikan dan pelayanan pemerintah adalah jalan pengabdian saya untuk Paniai,” tegasnya.
Dari kampung kecil di balik pegunungan Silet Topiyai, Beny Degei membuktikan bahwa perubahan besar bisa lahir dari niat sederhana: melayani, bukan dilayani.
Dari Ekadide untuk Paniai. Dari Paniai untuk Papua Tengah. Dari Papua Tengah untuk Indonesia. (Jeri/Red)
