Frans Pigome dan Jalan Panjang Kepemimpinan Putra Papua di Industri Tambang

0
Frans Pigome dan Jalan Panjang Kepemimpinan Putra Papua di Industri Tambang

Oplus_131072

Views: 31

Oleh : Jeri P. Degei

SORONG — Di tanah gunung yang sunyi di Paniai, generasi saya tumbuh dengan dua wajah kenyataan: kekayaan alam yang melimpah dan kemiskinan struktural yang tak kunjung berubah. Tambang besar yang berdiri megah di atas pegunungan kami memang menghasilkan cuan bagi negara dan industri global, tetapi wajah-wajah yang memimpin perusahaan itu nyaris selalu bukan bagian dari kami—anak-anak negeri yang tanahnya menjadi sumber kekayaan itu.

Sejak kecil, kami terbiasa melihat Freeport sebagai menara tinggi yang sulit dijangkau. Kami menyumbang tanah, tenaga, dan kehidupan. Namun, yang sering tidak kami dapatkan adalah kepercayaan. Narasi ini bukan baru; ia diwariskan dari generasi ke generasi Orang Asli Papua (OAP).

Dalam konteks itu, munculnya nama Frans Pigome, SE, putra Papua Tengah, sebagai figur yang layak memimpin PT Freeport Indonesia, bukan sekadar isu personal. Ia adalah simbol harapan tentang koreksi sejarah yang tertunda.

Menuntut Evaluasi Kepemimpinan Tambang

Di Asrama Paniai, Jalan Malibela Km 11,5 Kota Sorong, pada Jumat 12 November 2025, suara-suara anak negeri kembali menggema: sudah saatnya ada evaluasi menyeluruh terhadap arah kepemimpinan Freeport. Aspirasi itu tidak lahir dari ruang kosong. Banyak karyawan OAP masih merasakan hambatan struktural dalam promosi, penempatan jabatan, hingga kesempatan untuk duduk di kursi-kursi strategis.

Diskriminasi, dalam bentuk yang terselubung maupun terang-terangan, harus dihentikan. Tak ada modernisasi industri yang layak dibanggakan bila masyarakat adat yang menopang keberadaannya tidak ikut tumbuh.

Mengapa Frans Pigome?

Pengangkatan Frans Pigome akan menjadi sinyal penting: bahwa perusahaan raksasa yang beroperasi di jantung tanah Papua akhirnya membuka ruang bagi putra daerah untuk memegang kendali strategis. Frans dikenal luas sebagai figur berintegritas, berdedikasi, dan memiliki rekam jejak panjang dalam pemberdayaan masyarakat lokal.

Lebih dari itu, ia memahami denyut sosial Papua—sesuatu yang tak mungkin dimiliki oleh mereka yang hanya singgah untuk bekerja.

Kepemimpinan yang sensitif terhadap konteks lokal bukan hanya moral, tapi juga strategis. Industri ekstraktif yang bertahan lama adalah yang mampu memastikan hubungan sosialnya berjalan adil, setara, dan berkelanjutan.

Petisi dan Harapan Kolektif

Maka, ketika masyarakat mendorong petisi untuk mendukung Frans Pigome, itu bukan sekadar dukungan pada individu. Ini adalah pernyataan politik dan sosial: bahwa paparan ketidakadilan telah cukup, dan kini tibalah waktu bagi perubahan struktural.

Dengan mendukung putra daerah, kami ingin membuka babak baru bagi Freeport—yang lebih inklusif, adil, dan berpihak pada kesejahteraan masyarakat yang tanahnya menjadi sumber kehidupan perusahaan itu.

Kami percaya perubahan tidak akan datang jika tidak didorong. Dan dukungan kolektif ini adalah langkah awal menuju masa depan Papua yang lebih bermartabat. #

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *