Soal Kepala Desa Jadi Ketua Karang Taruna, Dewan Bimo: Tak Masalah, Asal Tak Abaikan Warga

TANGERANG, TirtaNews — Polemik soal kepala desa yang juga menjabat sebagai Ketua Karang Taruna tingkat kecamatan mendapat tanggapan dari anggota DPRD Kabupaten Tangerang, Dewan Bimo. Menurutnya, hal itu bukan pelanggaran sepanjang dilakukan sesuai aturan dan tetap mengutamakan pelayanan kepada masyarakat.
“Prinsipnya, ini tidak bisa langsung dianggap pelanggaran. Nanti kita tanya dulu kepada pihak-pihak terkait, termasuk pengurus kabupaten dan panitia pemilihan,” ujar Bimo saat ditemui usai reses di Desa Talok, Kecamatan Kresek.
Ia menegaskan, dalam proses pembentukan kepengurusan Karang Taruna, ada mekanisme dan panitia yang memastikan calon terpilih tidak memiliki catatan pelanggaran. “Saya yakin organisasi seperti Karang Taruna itu tidak mungkin sembarangan meloloskan calon yang bermasalah,” katanya.
Terkait potensi konflik kepentingan antara jabatan kepala desa dan ketua Karang Taruna, Bimo memilih berpikir positif.
“Saya orangnya optimis. Tidak boleh curiga dulu terhadap niat baik seseorang. Tapi pengawasan tetap perlu,” ujarnya.
Menurutnya, justru posisi kepala desa di Karang Taruna bisa memperkuat koordinasi program kepemudaan di tingkat kecamatan. “Kalau kepala desa jadi ketua, justru lebih mudah mengintegrasikan program karena dia sudah paham mekanisme pemerintahan dan komunikasi antar-desa,” kata Bimo.
Ia menambahkan, pengawasan terhadap penggunaan dana Karang Taruna juga tidak mudah dimanipulasi.
“Dana itu ada pengawasan dari anggota, camat, dan juga pihak lain. Camat sebagai wali dari para kepala desa tentu tidak akan membiarkan ada penyimpangan,” ucapnya.
Meski demikian, Bimo mengingatkan agar kepala desa tetap memprioritaskan tugas utamanya melayani masyarakat.
“Saya apresiasi kalau kepala desa mau menambah tanggung jawab. Tapi kalau sampai mengabaikan pelayanan, ya tentu akan kami panggil. Kami di Komisi I akan menindaklanjuti,” tegasnya.
Bimo menutup dengan sindiran halus bagi pejabat yang menggunakan jabatan hanya untuk gaya-gayaan.
“Sekarang bukan zamannya kepala desa tampil untuk gaya-gayaan. Kalau sampai viral karena salah urus, pasti malu sendiri,” ujarnya sambil tersenyum. (R2/Red)
