Aditya Bertahan di Rumah Rapuh Warisan Kakek

Oplus_131072
SERANG, TirtaNews – Di Kampung Ranca Kareo RT 02/04, Desa Sinarmukti, Kecamatan Baros, Kabupaten Serang, berdiri sebuah rumah tua yang dindingnya nyaris runtuh, atapnya bocor, dan lantainya rapuh dimakan usia. Rumah itu peninggalan Idris, warga desa yang meninggal beberapa tahun silam. Kini, hanya seorang pemuda yang tinggal di sana: Aditya (25) cucu Idris, yang menjalani hidup seorang diri.
Aditya sehari-hari bekerja sebagai sopir lepas. Penghasilannya tidak menentu, sekadar cukup untuk memenuhi kebutuhan makan. Untuk memperbaiki rumah warisan kakeknya, ia belum mampu. “Kalau untuk makan saja pas-pasan, apalagi memperbaiki rumah,” katanya lirih, Kamis pekan lalu.
Rumah peninggalan Idris sebenarnya sudah lama dinyatakan tak layak huni. Sebelum Idris meninggal, pemerintah desa pernah mengajukan proposal bantuan perbaikan ke instansi terkait. Namun hingga kini, bantuan tersebut tak kunjung terealisasi. Idris pun wafat meninggalkan cucunya bersama rumah yang semakin rapuh.
Aditya kerap waswas setiap kali hujan deras mengguyur. Atap yang bolong membuat air dengan mudah merembes ke dalam rumah. Dinding kayu yang lapuk sewaktu-waktu bisa roboh. “Kalau malam saya suka takut, tapi ini satu-satunya tempat tinggal saya,” ujarnya.
Kesendirian menjadi bagian dari hari-hari Aditya. Ibunya telah lama meninggal. Sementara keberadaan ayahnya tak jelas. Ia bertahan hidup seorang diri, menggantungkan harapan pada penghasilan sebagai sopir.
Meski hidup terbatas, Aditya tidak kehilangan harapan. Ia bermimpi bisa memperbaiki rumah peninggalan kakeknya, meski hanya sederhana. “Biar tidak khawatir kalau hujan atau angin kencang,” tuturnya.
Tapi kini rumah itu sudah benar-benar tidak bisa dihuni lagi karena kondisinya rusak parah, sehingga Aditya harus menumpang di rumah bibi nya atau paman nya yang rumah nya dekat dengan rumah milik kakek nya tersebut.
Kisah Aditya menjadi potret perjuangan warga kecil yang terhimpit kondisi ekonomi. Di balik rumah rapuh peninggalan Idris, tersimpan keteguhan seorang pemuda yang enggan menyerah. Ia menunggu uluran tangan pemerintah maupun masyarakat agar bisa kembali merasakan rumah yang benar-benar layak untuk pulang.
