KBPII, FSPP dan PERFIMA Teken MoU Kerja Sama Produksi Film Cinema Islami

KOTA SERANG, TirtaNews – Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KBPII) Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Perkumpulan Film Musik dan Media (PERFIMA), Jumat, 18 Juli 2025, di Kota Serang. Kesepakatan ini menandai dimulainya kolaborasi strategis ketiga lembaga dalam memproduksi film layar lebar bertema keislaman dan pesantren.
Penandatanganan dilakukan oleh Ketua Umum KBPII H. Makmun Muzakki Ketua FSPP Banten Dr. KH. E. Soleh Rosyad dan Ketua Umum PERFIMA, H.R.M. Bagiono Prabowo
dengan disaksikan sejumlah tokoh pesantren, sineas muda, serta perwakilan KB PII Banten.
Dalam sambutannya, H. Makmun Muzakki mengatakan bahwa kerja sama ini merupakan bentuk ikhtiar untuk memperkuat dakwah melalui medium budaya populer. “Pesantren selama ini menjadi pusat peradaban Islam di Indonesia. Sudah saatnya nilai-nilai pesantren menyapa publik lebih luas lewat karya sinema yang berkualitas,” ujarnya.
Lanjut H. Makmun Muzakki, kedepan ada dua agenda besar yang akan kita laksanakan yakni Workshop film dan Festival film yang akan dilaksanakan di Banten, imbuhnya.
Ketua Umum FSPP Banten Dr. KH. Soleh Rosyad, MM dalam pernyataannya menegaskan bahwa kerja sama ini dilandasi oleh kebutuhan untuk memperluas syiar Islam melalui pendekatan budaya populer. “Hari ini kami melakukan MoU dengan para seniman dalam rangka upaya syiar lewat seni musik dan film. Ini adalah tuntutan zaman yang perlu kita respon,” ujarnya.
Menurutnya, di banyak lembaga pesantren saat ini telah terbentuk tim dokumentasi dan seni yang aktif. Hal ini menjadi modal awal bagi FSPP untuk bergerak lebih serius di ranah sinema dan musik Islami.
“Sudah ada kru dan tim yang konsen di bidang dokumentasi dan seni. Maka hari ini kami membuka peluang MoU dengan KBPII dan PERFIMA. Mudah-mudahan ini disambut baik oleh para kiai dan pesantren,” lanjutnya.
Namun demikian, ia menekankan pentingnya menjunjung nilai-nilai dakwah dan kesakralan dalam setiap produksi yang dihasilkan. “Saya menerimanya dengan catatan: bahwa dalam setiap film atau dokumentasi yang kita buat harus ada nilai dakwah, ada nilai-nilai sakral yang bisa disaksikan lewat film dan musik. Ini tantangan zaman yang tidak bisa kita tutup-tutupi,” ujarnya.
Sementara itu, Bagiono Prabowo dari Perfima menekankan pentingnya membangun ekosistem perfilman yang inklusif dan sarat nilai edukatif. “Kami percaya sinema bukan hanya sarana hiburan, tetapi juga alat transformasi sosial. Dengan menggandeng FSPP, kami ingin menghadirkan film yang berakar dari realitas kehidupan santri dan relevan dengan semangat zaman,” katanya.
Bagiono menyebut inisiatif ini sebagai “lompatan kultural” yang penting. “Selama ini representasi pesantren di layar lebar cenderung terbatas. Kolaborasi ini bisa menjadi jembatan untuk memperkaya narasi keislaman di media arus utama,” katanya.
MoU ini mencakup kerja sama dalam bidang penulisan skenario, pelatihan teknis perfilman di lingkungan pesantren, serta produksi dan distribusi film berskala nasional. Proyek film perdana direncanakan mulai digarap akhir tahun ini dengan melibatkan aktor-aktor muda dari kalangan santri.
Dengan MoU ini, KBPII, FSPP dan PERFIMA berharap dapat membuka ruang-ruang baru bagi para santri dan sineas muda untuk berkolaborasi menciptakan karya-karya sinematik yang mendalam, mencerahkan, dan membangun citra Islam yang rahmatan lil ‘alamin. (Az/Red)