MWC NU Menes Resmi Dilantik, Menghidupkan Kembali Spirit Perjuangan Nahdlatul Ulama

PANDEGLANG, TirtaNews — Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Menes periode 2025–2030 resmi dilantik pada Senin, 12 Mei 2025. Bertempat di Aula DM Tirta & Hotel Persada Mandalawangi, prosesi pelantikan yang diikuti oleh 27 orang pengurus berlangsung khidmat dan tertib.
Dengan mengusung tema “Membangkitkan Spirit Berkhidmat untuk Jam’iyyah Ijtimaiyyah”, pelantikan ini menjadi momentum penting bagi revitalisasi peran NU di Menes, yang secara historis dikenal sebagai salah satu pusat gerakan keislaman di Banten.
Ketua Panitia, Ahmad Bachtiar Faqihuddin, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya pelantikan secara mandiri. “Ini merupakan pelantikan mandiri pertama di Pandeglang oleh MWC NU. Kami berharap ini dapat membangkitkan kembali semangat pengabdian para pengurus,” ujar Faqih.
Ketua Tanfidziyah MWC NU Menes, KH Lukman Hakim, dalam sambutannya menggarisbawahi peran historis Menes dalam perkembangan NU. “NU Menes merupakan cikal bakal NU di Pandeglang, bahkan di Nusantara. Dalam catatan sejarah, termasuk arsip Belanda, disebutkan bahwa Menes menjadi bagian penting dari perjuangan umat,” ungkap Lukman.
Pelantikan ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain KH Tb. Abdul Hakim, pejabat Dinas PUPR Banten Yan Andriansyah, Kepala Kemenag Cilegon H. Amin Hidayat, Ketua Tanfidziyah PCNU Pandeglang Dr. Enci Zarkasih, serta jajaran Rois Syuriah PCNU dan banom NU seperti GP Ansor, Banser, dan Fatayat. Wakil Bupati Pandeglang, Iing Andri Supriayadi, juga hadir memberikan dukungan.
Menambah kekayaan intelektual acara, sejarawan nasional Boni Triana hadir memberikan stadium general bertema “Sejarah Pergerakan NU di Menes”. Dalam paparannya, ia menyebut bahwa kiprah NU di Menes telah tercatat dalam arsip surat kabar Belanda tahun 1938. “Menes disebut sebagai pusat spiritual Banten, dan ini memperkuat posisi Menes sebagai pusat kekuatan keagamaan,” ujar Boni.
Ia juga menyebut bahwa kakek buyutnya, Entol Juhrani, merupakan tokoh perintis kemerdekaan dari Kampung Menes yang mengorganisir perlawanan terhadap penjajah. “Tak heran jika Muktamar NU ke-13 tahun 1938 digelar di Menes, di tengah penjajahan kolonial. Ini bukti bahwa Menes menjadi jantung gerakan keagamaan dan kebangsaan.”
Pelantikan ini menandai bukan hanya pergantian pengurus, melainkan juga upaya membangkitkan kembali semangat Nahdlatul Ulama dari akar sejarah perjuangannya di tanah Banten. (Cholwan/Red)