Pasung: Simbol Perlawanan di Kongres Rakyat Banten I

0
Pasung: Simbol Perlawanan di Kongres Rakyat Banten I
Views: 20

KOTA SERANG, TirtaNews – Kue Pasung, panganan khas Banten yang diwariskan secara turun-temurun, tidak hanya menjadi sajian pelengkap ngopi dalam suasana santai, tetapi juga membawa makna simbolik yang kuat dalam Kongres Rakyat Banten I. Pasung dihadirkan sebagai bagian dari jamuan peserta dan tamu undangan, menegaskan keberpihakan pada adat, budaya, dan nilai kesederhanaan yang melekat di Banten.

Dalam tradisi, Pasung memiliki arti harfiah sebagai sesuatu yang mengikat atau mengekang. Namun, pada kegiatan Kongres Rakyat Banten I, makna tersebut diubah menjadi simbol perlawanan terhadap kekangan yang dirasakan masyarakat Banten akibat dominasi oligarki. Aksi “Makan 1.000 Pasung Bersama” dilakukan sebagai bentuk protes terhadap pengaruh kuat AGUAN, oligarki yang dianggap telah “memasung” hak-hak warga Banten.

“Pasung adalah karya budaya Banten yang tak boleh dilupakan, bahkan harus dikuatkan di tengah modernisasi. Melalui aksi makan Pasung bersama, kami menunjukkan perlawanan terhadap pengekangan dan kebebasan yang dirampas,” ujar salah satu peserta kongres, Jumat (10/1/2025).

Aksi simbolik ini juga dimaknai sebagai cara untuk menikmati rasa kebebasan setelah terbebas dari kungkungan kekuasaan yang tidak berpihak pada rakyat. Bagi peserta Kongres Rakyat Banten I, Pasung menjadi pengingat akan pentingnya persatuan dan keberanian dalam melawan keserakahan oligarki yang dianggap melakukan penjajahan dengan gaya baru.

“Merdeka adalah marwah! Kongres ini menjadi ruang untuk mempertegas keutuhan dan kekuatan warga Banten dalam menghadapi ketidakadilan,” tegas salah satu orator dalam kongres.

Dengan mengangkat kearifan lokal melalui simbol Pasung, Kongres Rakyat Banten I menegaskan bahwa perjuangan melawan oligarki harus didasarkan pada persatuan dan penguatan nilai budaya. Momentum ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga marwah Banten dalam menghadapi tantangan modernisasi dan ketimpangan sosial. (Hen/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *