FKDM Provinsi Banten : Waspada Gerakan Terorisme Akhir Tahun
KOTA SERANG, TirtaNews – Gerakan radikal terorisme menggunakan isu jihad suci seolah atas nama perintah Tuhan untuk mengganti sistem pemerintahan dengan model khilafah masih terus digelorakan oleh para pengasongnya di beberapa negara seperti di Syuriah dan Irak termasuk di Indonesia, gerakan khilafah hendak mengganti dasar negara Pancasila, terutama oleh mantan dan simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia dan mantan Front Pembela Islam, padahal secara resmi organisasi tersebut telah dibubarkan oleh Pemerintah.
Generasi mantan HTI tersebut masih terus terdeteksi menyusun pola perjuangan menegakan khilafah berkolaborasi dengan membentuk satuan kelompok nama baru tetapi isinya sama, demikian disampaikan Amas Tadjuddin dal ceramahnya pada acara penguatan wawasan kebangsaan di sebuah hotel di Kota Serang Ahad 08 Desember 2024
Lebih detail narasumber utama Irhan Nugraha, mitra deradikalisasi nasional, mantan Napiter, dalam ceramahnya menyatakan bahwa dirinya mulai terlibat aksi terorisme sejak munculnya gerakan ISIS tahun 2014 dan saat itu dia sebagai pegawai bidang protokoler di kantor istana Presiden Jakarta.
dari istana Presiden pindah ke Pemprov Banten dan ditangkap Densus 88 Polri tahun 2017 serta divonis hukuman 4,5 tahun di Nusa Kambangan dengan pengamanan super ketat.
Selanjutnya Irham Nugraha menjelaskan Terdapat dua propaganda utama terorisme yang diajarkan baik secara off line maupun online, diantaranya masyarakat suatu negara terbagi menjadi negara muslim atau darul Islam, negara kafir atau darul kufar, serta negara munafi atau muayrik termasuk Indonesia
Adapun Darul Islam adalah negara yang menjalankan syareat Islam dalam kehidupan dan sistem hukum perundang undangan yang berlaku sekalipun penduduknya bukan mayoritas muslim, Sedangkan Darul Kufar adalah negara yang tidak menjalankan sistem syareat Islam sekalipun penduduknya mayoritas muslim seperti Indonesia
Maka jika masyarakat negara disebut belum kaffah pemerintahan tersebut dihukumi thougut, polisinya, t
entaranya, PNS nya, wajib diperangi dan halal darahnya, itulah bahayanya dan kelirunya faham teroris yang harus segera disadarkan dan kembali ke pemahaman yang benar.
“Setelah saya sadar itu semua salah, oleh karena itu saya kembali menjadi pembela Pancasila, mengajak semua komponen masyarakat untuk melakukan cegah gerakan radikal terorisme dan NKRI menjadi aman damai” demikian Irham menjelaskan secara detail
Narasumber lainnya L.R. Prabandana, SH program pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyatakan pokok pokok pikirannya bahwa Era digital saat ini semua isu kehidupan termasuk keyakinan ajaran gerakann terorisme ada ditayangkan melalui medsos, oleh karena itu masyarakat generasi muda harus waspada, jangan sampai salah berguru, mencari ilmu harus kepada guru yang sanad ilmunya mutawatir alias tidak Abal Abal, sebab bisa
terprosok faham teroris
Akhirnya FKDM mengajak masyarakat dan generasi muda untuk waspada dan hati-hati terhadap provokasi kelompok teroris bernarasi agama yang hendak memecah belah umat mengganti Pancasila dengan khilafah, demikian Amas Tadjuddin dalam ceramah penutup kesimpulan nya. (Az/Red)