Abimantrana : Sinergi Dengan Media Untuk Image Positif Warga Binaan

Kota Serang, TirtaNews – Fungsi sinergi dengan awak media salah satunya adalah untuk memunculkan image positif didalam Lembaga Pemasyarakatan karena warga binaan itu bukan penjahat mereka hanya tersesat, demikian dikatakan Abimantrana pria kelahiran Purbalingga, 18 Januari 1996 yang kini menjabat Kepala Pengamanan Rutan Serang.
“Saya selalu berpesan sama warga binaan se jahat-jahatnya kita harus tetap baik kepada sesama manusia, dan posisinya juga kalau menurut saya karena ada kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga mereka (warga binaan -red) khilaf, semua itu balik lagi di pengendalian diri masing-masing,” papar Pria lulusan SMAN 2 Purbalingga ini saat ditemui di sela-sela aktivitas kantor nya, Rabu (25/10/2023).
Sekarang itu, lanjut Abimantrana, lembaga pemasyarakatan berupaya melakukan pembinaan bagaimana memulihkan kehidupan warga binaan agar saat mereka kembali ke masyarakat bisa diterima seperti semula, tutur pria yang ramah dan supel dalam bergaul ini.
Pria yang masa kecilnya bercita-cita ingin menjadi Pilot ini, membeberkan bahwa pernah daftar Akademi Kepolisian (AKPOL) tapi gagal, dan akhirnya daftar di Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP) dan berhasil lulus tahun 2016,” ujarnya.
Setelah lulus AKIP penugasan pertama saya ditempatkan di Lampung selama setahun empat bulan, lalu pindah ke Kanwil Kemenkumham Bandung selama 8 bulan kemudian pindah lagi ke Lapas Narkotika di Jakarta kurang lebih empat tahun, kemudian tahun 2022 saya ditugaskan di Kanwil Kemenkumham Banten hingga sekarang, papar pria yang menyukai makanan khas Serang Rabeg dan Pecak Bandeng ini.
Saat TirtaNews menanyakan pengalaman tugas yang paling berkesan pria yang masa sekolahnya pernah menjadi ketua organisasi pecinta alam ini mengaku bahwa semuanya berkesan, cuma ilmu yang didapat yang beda, di Lampung dan Bandung saya jadi ajudan jadi disana saya belajar kepemimpinan dari atasan saya, saya belajar banyak karakter pemimpin, bagaimana menjadi pemimpin yang disukai bawahan bagaimana menjadi pemimpin yang berwibawa, saat saya di pindah ke Lapas Jakarta saya belajar teknik bekerja bagaimana cara mengenali massa dan menganalisa masalah.
Dijelaskan pria yang pernah jadi Mandat Marching band di masa Kuliahnya ini bahwa saat dirinya bertugas di Lapas Cipinang Jakarta itu ada 3300 warga binaan disitu emang posisinya kita harus benar-benar mentreatment secara baik, dalam artian
Baik secara sesama manusia atau baik secara tugas, batasan-batasan dimana kita petugas dan mereka warga binaan.
“Saat itu pernah saya mendapat tugas untuk memindahkan sekitar 30 orang dari Lapas Cipinang ke Nusa Kambangan, kita semua tahu ya gimana kondisi di Nusa Kambangan jadi, ketika napi tahu napi mau di pindah kesana itu pasti nolak, jadi beban saya bagaimana tugas saya memindahkan 30 orang ini berhasil, dan kuncinya bagaimana saya membangun komunikasi yang baik dengan para napi yang mau dipindahkan itu,” papar bungsu dari empat bersaudara ini.
Bagaimana cara menjaga kondusifitas di dalam Rutan, apakah ada trik khusus untuk menangani warga binaan, Abimantrana mengungkapkan bahwa dirinya punya cara “Kita boleh dekat sama napi, tapi kita tidak bisa mengakomodir semua yang mereka minta, saya kan kepala keamanan jadi wajib menjaga keamanan dan ketertiban didalam Rutan, sisi kepercayaan sesama manusia saja, kita kasi toleransi yang mana lebih pada sisi kemanusiaannya, ” tutur Pria yang menyukai Belut Baros ini.
“Menurut saya masyarakat kita itu harusnya jangan mau dibodohi oknum tertentu, segala sesuatu hal itu baiknya diceritakan pada petugas yang berwenang, karena misal warga binaan itu misalkan sakit atau ada masalah keluarga, ceritakan ke petugas karena petugas itu kan pengganti keluarga didalam, mereka sebagai napi tapi nama baik Rutan itu harus dijaga bukan hanya oleh petugas tapi juga oleh warga binaan, ” ungkapnya.
Masih kata Abimantrana, karena posisinya Rutan ini titipan jadi masih tahanan yang sedang dalam masa sidang dan masih praduga tak bersalah, kita lebih ke pembinaan kepribadian saja, seperti ibadah dan kerohanian dari warga binaan, dan bagi warga binaan yang menjadi napi, kita memikirkan bagaimana mereka kembali ke masyarakat dan bisa berkarya, jelas ayah dari satu anak ini.
“Untungnya trend cap bekas napi itu sudah mulai memudar di masyarakat kita, karena lembaga pemasyarakatan sendiri sudah meminimalisir itu, kita bekerja sama dengan media dengan publikasi terkait kegiatan positif didalam dan akhirnya itu bisa mengikis klaim buruk terhadap mantan napi,” kata Abimantrana.
Di usianya yang masih tergolong muda, Abimantrana terhitung sebagai sosok pemuda masa kini yang berprestasi dan mempunyai harapan berkarir di pok leadernya Kemenkumham.
“Dengan giat bersosialisasi dan menjalankan tugas dengan baik mudah-mudahan saya bisa jadi pok leader di pemasyarakatan kedepannya. Sedangkan untuk warga binaan harapan saya, seandainya bisa warga binaan itu berkurang, memang sulit karena sistem hukum kita masih peninggalan Belanda, sebenarnya menurut saya Restoratif justice itu jalan ninja pemerintah untuk mengantisipasi over kapasitas, dimana tentunya itu harus didukung oleh semua stakeholder, bukan hanya Lembaga pemasyarakatan, tetapi Aparat penegak hukum juga pemerintah harus ikut andil,” tandasnya menutup perbincangan seraya menyeruput es kopi brown sugar kesukaannya.(Az/Red)