Gus Muhaimin Ketum Parpol dengan Elektabilitas Tertinggi Kedua

0
Gus Muhaimin Ketum Parpol dengan Elektabilitas Tertinggi Kedua
Views: 206

Jakarta, TirtaNews  – Nama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) masuk dalam lima benar nama kandidat calon presiden (capres) berdasarkan hasil survei terbaru yang dirilis PolMark Indonesia. Sedangkan untuk kategori ketua umum partai politik (parpol), nama cicit salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) itu bertengger di urutan kedua setelah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Berdasarkan hasil survei yang dirilis, Kamis (30/3/2023), posisi lima besar capres diduduki Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (22,8%), disusul Prabowo Subianto (17,4%), Anies Baswedan (13,9%), Gubernur Jawa Tengah Ridwan Kamil (5,2%), dan Gus Muhaimin (4,8%).

Selanjutnya, Menparekraf Sandiaga Uno (2,0%), Ketua DPR Puan Maharani (1,7%), Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebesar 1,7%, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (1,3%), mantan panglima TNI Andika Perkasa (1,1%), Menteri BUMN Erick Thohir (1,0%), mantan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (0,9%), Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (0,7%), Kepala BIN Budi Gunawan (0,2%), dan tokoh lain (0,4%).

Direktur Eksekutif Polmark Indonesia Eep Saefulloh Fatah mengatakan, survei ini tidak menggambarkan situasi elektoral pada 14 Februari 2024 nanti. ”Ini adalah gambaran suasana kompetisi menuju Pemilu 2024. Mereka yang elektabilitasnya masih kecil bisa membesar yang besar bisa mengecil karena masih ada rentan waktu 10 bulan lagi,” ujar Eep saat merilis hasil survei bertajuk “Peta Kompetisi Menuju Pilpres 202: Agregasi 78 Survei Dapil” di Jakarta, Kamis (30/3/2023).

Survei tersebut digelar di 77 daerah pemilihan (dapil) dengan jumlah responden masing-masing dapil 800 responden dan 1 survei melibatkan 880 responden. Secara keseluruhan agregat terdapat 62.480 responden yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan multi state random sampling. Survei digelar pada rentan waktu 23 Januari-19 Maret 2023, dan satu survei pendahuluan pada 26 Oktober-3 November 2022. Margin of error dari agregat survei +/- 0,4%.

Khusus di wilayah Jawa Timur yang menjadi basis pemilih nahdilyin, nama Gus Muhaimin berada di posisi tiga besar dengan tingkat elektabilitas 11,46% setelah Ganjar Pranowo (23,99%) dan Prabowo Subianto (14,17%). Nama berikutnya adalah Anies Baswedan 6,45%, Khofifah Indar Parawansa (5,75%), AHY (1,78%), dan Puan Maharani (1,58%).

Dikatakan Eep, nama Gus Muhaimin menyodok di urutan tiga besar capres potensial di Jatim karena berbagai variabel. Pertama, selama ini Gus Muhaimin cukup aktif melakukan sosialisasi pencapresan di Jatim yang menjadi basis utama suara PKB. ”Siapa kandidat yang lebih aktif dibanding Gus Muhaimin di Jatim? Kedua, adakah kandidat lain selain AHY dan Khofifah yang memang berbasis Jatim? Wajar Gus Muhaimin besar di Jatim,” katanya.

Menurut Eep, memang saat ini ada tiga nama yang bertengger di tiga besar yakni Ganjar, Prabowo dan Anies. Namun, mereka yang belum menentukan pilihan juga masih tinggi di kisaran hampir 25%. ”Nama-nama belum mengerucut sesuai nama yang ada di kertas suara sehingga masih terdistribusi. Peta menuju Pilpres 2024 di Indonesia yang masih sangat cair. Tidak ada satupun pihak yang bisa mengklaim dirinya paling menonjol dan akan menang,” tuturnya.

Eep mengatakan, masih ada waktu 10 bulan lebih sehingga dinamika elektoral bisa terjadi. Pertama, dinamika elektoral ke depan akan dipengaruhi oleh apa yang terjadi sejak saat ini sampai pengajuan resmi nama kandidat yakni 19 Oktober 2023. Dinamika kedua, 19 Oktober sampai penutupan pendaftaran atau penetapan pasangan capres-cawapres. ”Ini yang krusial karena disitu akan bertemu berapa pasang? Siapa bertemu dengan siapa. Ketiga, perubahan elektoral terjadi mulai masa penetapan sampai pencoblosan 14 Februari,” katanya.

Dikatakan Eep, hingga saat ini belum jelas apakah nantinya nama-nama seperti Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto hingga Anies Baswedan benar-benar akan menjadi capres atau tidak. ”Memang benar sudah ada deklarasi, ada pengerucutan koalisi, tetapi penetapan calon masih 19 Oktober. Bisa saja nama-nama popuper itu tidak masuk,” tuturnya. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *